Pembukaan
Bismillah ku mulai kalam untuk
mengunduh berkah/ Kuhirup nafas dedalam ku panjatkan hamdallah/ Rahmat
keagungan dan juga keselamatan/ Moga terlimpah curah pada Nabi kecintaan
Bagian pembukan terdiri tiga
hal yang digunakan sebagai kunci sebuah amalan ataupun doa, yakni: Basmallah,
Tahmid, dan Sholawat serta Salam. Basmallah
digunakan sebagai pengundang keberkahan, yakni bertambahnya kebaikan dengan
kebaikan, atau berlipat-lipatnya kebaikan. Di dalam basmallah terhadap rahasia
dan kunci alam semesta. Basmallah bagaikan tombol yang berfungsi sebagai copy
sekaligus paste yang bekerja secara otomatis. Di dalamnya, ada ismul a’dhom,
dan dua asmaul husna yang paling utama. Segala macam kekuatan merusak akan
menjadi tawar dengannya, segala sesuatu yang menjadi penghalang akan hilang,
semua jenis tutup akan terbuka.
Berikutnya adalah tahmid.
Tahmid merupakan ungkapan rasa syukur sekaligus legalitas atas suatu amalan.
Pembacaan yang diiringi dengan hirupan nafas, akan menyatukan seluruh jiwa, dan
merefresh jiwa semesta, sehingga segala goncangan akan diseimbangkan, dan
energi kebaikan akan melimpah sempurna beriringnya prasangka baik dari sang
pemuji. Setiap nafas yang diiringi pujian kepada Pemelihara Alam,
akan meredam setiap gejolak keburukan, penyimpangan, dan munculnya benda-benda
yang menghalangi cahaya sehingga timbul bayang-bayang. Semakin kuatnya
penghayatan dalam pujian, maka semakin kuat pula gelombang yang akan
dipancarkan untuk menetralkan setiap energi negatif yang muncul dari hawa
nafsu, dan memberikan nuansa kedamaian yang bisa dirasakan dalam jiwa maupun
nuansa yang bisa dirasakan pada alam dan kehidupan. Aroma kedamaian akan
merasuk, orgasme spiritual akan mencapai puncaknya. Nah, saat itulah, kekuatan
sholawat dan salam, sebagai wasilah adanya pelimpahan Nur Muhammad,
akan berguna sebagai pengekalan energi-energi kebaikan yang telah ada, dan
melipatgandakan menjadi berkali-kali lipat.
Pembagian Kehendak
Dalam kehendak manusia terbagi
dua/ Yang pertama sungguh menginginkan dunia/ Yang kedua gemar merindukan
akhiratnya/ Kawan duhai kawan pilihlah yang kedua
Segala yang manusia lakukan
berangkat dari dua kecenderungan tersebut, duniawi atau ukhrawi. Meskipun pada
bentuk lahiriahnya, tidak bisa ditentukan mana-mana aktifitas yang bernilai
dunia, dan mana-mana yang bernilai akherat. Amalan dunia yang diniati untuk
meraih keridhaan Allah, bernilai akherat. Sebaliknya, sholat yang merupakan
amalan akherat, bisa menjadi bernilai dunia, jika niatnya adalah untuk selain
Allah. Riya dan tidaknya suatu amalan, ikhlas dan tidaknya sebuah ibadah,
tergantung fokusnya kepada siapa, Allah atau selain Allah. Jika Njenengan
kepengin dianggap rendah hati oleh orang-orang, berarti Njenengan sombong. Jika
Njenangan mengakui bahwa Njenengan sombong, tidak terluka jika ada orang yang
mengatakan Njenengan orangnya sombong suka pamer, berarti Njenengan rendah
hati.
Perbandingan Keuntungan
Dunia dan akhirat bagai debu
dan sahara/ Terlampau jauh dalam hal perbedaannya/ Begitu pula dalam hal
keuntungannya/ Namun banyak manusia tertipu tak berdaya/ Cinta dunia pangkal
segala bencana/ Cinta akhirat permulaan yang mulia/ Dunia tempat singgah yang
penuh dengan godaan/ Akhirat tempat kembali sungguh penuh kenikmatan/ Nikmat
akhirat dilimput keabadian/Tak lekang oleh ruang tak lapuk oleh zaman/ Sebagai
balasan atas semua perbuatan/ Kecil ataupun besar semua tak terlewatkan
Dunia itu debu, sedangkan
akherat padang pasirnya, bisa dibayangkan betapa jauh perbandingan antara debu
dan padang
pasir. Setiap niatan kecenderungan yang bernilai dunia, akan membebani
seseorang sehingga meluncur menuju kehinaan, jauh dari Allah. Sebaliknya,
niatan yang bernilai dan berorientasi akherat, adalah sebuah permulaan untuk
menuju sebuah kemuliaan. Dunia dan akherat yang dimaksud disini adalah niat
kecenderungannya, bukan bentuk lahiriah amalannya. Kita sering tertipu dengan
kesan akherat, padahal sebenarnya dunia, juga kesan dunia sebenarnya akherat.
Bukan mengejar kesan, siapapun yang mengejar kesan, pandangannya masih diliputi
makhluq, tidak akan pernah mencapai hakikat kesejatian. Untuk itulah diperlukan
asma dan ajian. Yakni, Asma’ Ndableg Rajeh, dan Ajian Ndablong Saketi. Asma’ Ndableg
Rajeh, bisa Njenengan kuasai ketika Njenengan tidak lagi sakit hati terhadap
celaan dan penghinaan dari manusia, tidak mengharap dihargai, tidak mengharap
dipuji, tidak mengharap apa-apa, hati Njenengan begitu diliput oleh Allah,
sehingga apapun yang diperbuat makhluq terhadap Njenengan, baik itu yang berupa
keadilan atau kezaliman, Njenengan terima dengan ikhlas. Ikhlas menerima pujian
itu lebih susah dari ikhlas menerima celaan lho. Kemudian untuk Ajian Ndablong
Saketi, akan Njenengan kuasai ketika Njenengan bisa berbuat dengan penuh
kebebasan, tanpa tendensi, tanpa melihat makhluq, pokoknya nggak takut malu,
dipermalukan, bebas, tidak terbelenggu pekewuh, ngga mikir sopan atau tidak,
soalnya setiap saat berhadapan dengan sang khaliq, bergerak atas dasar kata
hati.
Rumusan Masalah
Godaan dunia sungguh beraneka
warna/ Membuat manusia lupa asal muasalnya/ Mencemar jiwa hilanglah
kemurniannya/ Mengeruh wajah musnahlah cahayanya/ Godaan terbesar pria adalah
para wanita/ Godaan terbesar wanita yakni cinta akan harta
Yang dimaksdud godaan
digambarkan sebagai berikut: saat Njenengan sibuk memandang Allah, nah
tiba-tiba Njenengan melirik atau memalingkan pandangan kepada selain Allah, itu
namanya Njenengan tergoda. Secara umum, godaan laki-laki itu wanita, dan godaan
wanita itu harta. Kalau ada laki-laki yang tergoda dengan harta melebihi
ketergodaan terhadap wanita, itu berarti memiliki sisi feminin. Kalau wanita
tergoda dengan kegantengan laki-laki melebihi ketergodaan terhadap harta, itu
berarti memiliki sisi maskulin. Setiap bentuk palingan akan mengurangi
kejernihan wajah dan terhalangnya cahaya ilahi. Setiap bentuk godaan yang
dituruti akan menimbun kemurnian, sehingga kepalsuan-kepalsuan akan
mendominasi, dan hidup tak lebih dari kepura-puraan, jauh dari ‘sejatining
urip’.
Rumusan Penyelesaian
Perhatikan niatmu kawan teliti
setiap keinginan/ Adakah Allah disana sebagai maksud dan tujuan/ Banyak niat
tersembunyi yang tiada kau sadari/ Muncul ke permukaan hati saat sesuatu
terjadi/ Cepat-cepatlah ingat tuluskan semua niat/ Jadikan keterjadian agar kau
bertambah dekat
Setiap saat, godaan akan
datang, ujian bertambah berat seiring bertambahnya tingkatan, oleh karena itu,
yang paling penting adalah kedekatan dengan Allah, itu yang harus menjadi
orientasi dan bingkai segalanya. ‘Dalam rangka mendekat’ adalah kaidah untuk
setiap aktifitas dan gerak kita. Jatuh bangun tak masalah, jika terus berlari
mendekat kepada Nya.
Asas
Gerak mendekat padaNya sebuah
penyucian/ Menjauh dariNya bertumbuhnya kekotoran/ Hilangkan dirimu, tegaskan
Dia adanya/ Benamkan dirimu dalam lautan cintaNya/ Tiada daya dan tiada
kekuatan/ Cukuplah
Dia kokoh sebagai tambatan/ Hati
yang rindu akan sebuah perjumpaan/ Mengalir air mata betapa ingin menatapNya
Inilah asas atau pondasi dalam
setiap aktifitas. Pokoke sing penting
iku, Allah. Kita berharap sebuah perjumpaan agung, nanti pada saatnya.
Maka, barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia melakukan
amal shaleh, dan tidak menyekutukan Tuhan dengan sesuatupun (al
Kahfi, ayat terakhir).
Munajat
“Allah puji bagiMu puji yang
sederhana/ Mengalun dari jiwa hamba yang penuh dosa/ Tarik hamba genggam hamba
jangan Engkau lepaskan/ Hancur lebur diri hamba tatkala Kau tinggalkan//
Allah puji bagiMu puji dalam rahmatMu/ Segala
kesempurnaan sungguh hanya milikMu/ Hamba fakir, hamba fana, hanyut dalam
WujudMu/ Baqa hamba, wujud hamba, tergantung kuasaMu//
Allah
puji bagiMu ku bersyukur padaMu/ Atas sgala sempurna yang kau titipkan padaku/
Ku rela Kau perlakukan sesuai kehendakMu/ Sungguh Engkau
Tahu, benarlah aku tak tahu//
Apapun
yang Kau beri, apapun yang terjadi/ Selalu lah yang terbaik, meski meremas
hati/ Kuatkan aku Allah, untukMu aku bersabar/ Dekatkan aku Allah, meski diri ini
terbakar//
Ku
lemah tak berdaya, tatkala tanggung derita/ Berkat cintaMu sungguh aku kuat
menerima/ Berserah sepenuhnya, cukuplah Engkau pelita/ Selain Mu duhai Allah,
ku tak ingin apa-apa//
Akhirnya
ku memuji puji Alhamdulillah/ Shalawat dan salam pada Rasul syafa’ah/ Munajatku
hanya munajat yang sungguh tiada pantas/ Berharap ku berharap diri lekas
terbebas”
Munajat ini dibaca pada pagi
dan sore. Isi munajat ini akan dipahami dengan sendirinya oleh yang
mendawamkan. Dan secara bertahap,
seseorang akan dipandu menuju Allah.
Thariqah
Duhai kawan jagalah jiwa slalu
berserah/ Berlomba-lomba dalam ikhlas beribadah/ Yang terutama shalat, jangan
sampai terlambat/ Daraslah Quran Mulia, sepenuh rasa menghayat/ Zikir seiring
nafas penghancur nafsu yang keras/ Angkat Laa dari pusar hingga kepala teratas/
Hantamkan ilaha pada lambung yang kanan/ Ke kiri tepat jantung, illallah kuat
kau hunjamkan
Dalam berjalan menuju Allah,
caranya adalah dengan berpasrah, dan berusaha dalam keikhlasan. Ada tiga amalan utama
sebagai kendaraan dalam jalan menuju Allah, yakni: Sholat wajib di awal waktu
dan shalat tahajud serta dhuha yang didawamkan, lalu mendaras al Qur’an dengan
penuh kekhusyukkan dalam rangka dialog dengan Allah, meskipun tidak tahu
maknanya. Terakhir, adalah zikir dengan metode nafas, yakni bertujuan untuk
memberikan kekuatan kepada Akal sehat, agar bisa mengalahkan nafsu lawwamah
yang letaknya di lambung kanan, dan juga nafsu amarah yang letaknya pada
jantung. Dengan tiga komponen amalan tersebut, diharapkan bisa menjadi
kendaraan yang canggih dan tahan banting menuju Allah.
Ketiganya, yang dipentingkan
adalah penghayatan, bukan seberapa banyaknya. Saat sholat di awal waktu,
pemahamannya adalah untuk memposisikan diri dalam siklus ilahi, sehingga segala
sesuatu yang ada diantara satu sholat dengan sholat yang lain, akan berada
dalam pengurusan dan penjagaan terbaik dari Allah. Selain itu, adalah sebagai
penghargaan dan bukti kuatnya rasa cinta, untuk terus menerus cari perhatian
(caper) sama Allah, menunjukkan kesungguhan dan rasa kangen, dalam setiap
mikraj pertemuan dengan Allah, salik selalu sudah berada ditempat sebelum
dipanggil melalui adzan. Ini menunjukkan sebuah totalitas penyembahan,
totalitas pengabdian, dan dengan ini segala pintu-pintu syirik akan ditutup,
semua pintu kemunafikan, akan dikunci. Kemudian, untuk tahajud dan dhuha,
adalah sebagai ibadah tambahan, yang dalam hal ini, sekali lagi adalah sebagai
bukti, bahwa dalam waktu-waktu yang tak diwajibkan pun, salik ingin selalu
menghadap, ingin bertemu, ingin melepas rindu, ingin mikraj, apapun imbalan
yang diberikan, itu tak jadi soal, karena yang terpenting adalah Allah sendiri,
bukan yang lain. Dalam hal mendaras KalamNya pun, bukan berapa lembar yang
menjadi perhitungan, akan tetapi seberapa trenyuh hati tatkala membaca
kata-kata dari Allah, seberapa hangat hati tatkala membunyikan satu per satu
ayat, hingga air mata pun tak bisa dibendung. Terakhir untuk zikir, maka
ketepatan nafas dan konsentrasi alir-alur agar diperhatikan, mulai dari pusar
ke atas pucuk kepala, untuk menutup segala bisikan dari syetan, kemudian
dihantamkan secara mental konsentratif ke lambung kanan, dan dengan kekuatan
total ke arah jantung. Maka pada saat ke atas, adalah saat penarikan nafas,
saat ke kanan adalah penahanan nafas, dan pada saat ke kiri adalah penghembusan
nafas.
Fikroh
Segala dalam Islam, hanya empat
tujuan/ Pertama kesucian, kedua kedermawanan/ Ketiga keadilan, keempat
kerendahan hati/ Islam dalam satu makna, adalah ikhlas mengabdi
Penyusun memahami Islam dalam
kerangka tujuan empat hal tersebut. Wujud Islam yang penyusun yakini, adalah
memuat empat hal tersebut. Maka mewujudkan empat hal tersebut dalam diri, dalam
keluarga, dalam masyarakat, komunitas, dan kehidupan berbangsa dan bernegara,
itulah yang disebut dakwah. Dan jika
ditanya, apa itu Islam, maka jawaban yang memuat segala tentang Islam, adalah
keikhlasan (al Bayyinah). Karena hanya ‘mukhlisin’
yang tidak bisa disesatkan oleh iblis. Inilah fikrah penyusun, tentang Islam.
Wallahu a’lam.
Kesucian : Hati menampung Allah
semata.
Kedermawanan : Hati memancarkan
cinta kasih yang diwujudkan dalam amal perbuatan.
Keadilan : Hati memandang
segala sesuatu sesuai dengan proporsinya, apa adanya.
Kerendahan hati : Hati
mengetahui betul posisi diri yang bukan siapa-siapa.
Penutup
Inilah akhir kalam yang penuh
keterbatasan/ Dari hamba al fakir, Muhammad Zainur
Rakhman/ Moga jadi amalan, moga
mendapat ampunan/ Berikut ayah bunda, serta istri kesayangan
Bagaimanapun
juga, empat puluh bait ini sungguh-sungguh terbatas. Ditulis oleh seorang abdi
yang sangat membutuhkan Tuhannya, bernama Muhammad Zainur Rakhman, lahir malam
Sabtu Kliwon, pada tanggal 9 Oktober. Harapannya adalah agar empatpuluh bait
sederhana ini bisa menjadi amal shaleh, jariyah, sekaligus ilmu yang bermanfaat
bagi para pembaca. Dan mudah-mudahan
segala pahalanya mengalir untuk kedua orang tua dan sang istri tersayang.